Pak Yong


 

Posted on
Tuesday, September 16th, 2014
at 4:16 pm

Author
D U

Category
Hobiis

pakyong02

Sejak pertama kali kami bertemu dengan Pak Yong (Bambang Santoso Sutanto), sekitar satu tahun yang lalu, benak kami menyisakan image seorang hobiis anggrek yang hangat, dan menyukai tantangan dalam memelihara anggrek. Sebelum bertemu muka secara langsung, ketika kami masih berkomunikasi dengan Pak Yong melalui group atau telephone, gambaran tentang Pak Yong juga sama, sosok yang terbuka, bersahabat, tidak segan untuk berbagi ilmu, dan kadang muncul dengan ide yang ‘out of box’.

Hobby yang ditekuni dari sejak lama adalah hewan dan tanaman. Sama dengan koleksi anggrek yang dipunyainya, koleksi hewan dan tanaman Pak Yong juga layak mendapat acungan jempol. Jenis yang tidak begitu mudah untuk didapat. Anggrek menjadi perhatiannya sekitar tahun 2005, ketika mengunjungi stand tanaman anggrek di Pameran Flora dan Fauna di Sri Ratu Semarang. Anggrek pertama yang dibawa pulang adalah jenis Miltonia dan Grammatophyllum.

Rasa penasarannya pada anggrek semakin bertambah ketika seminggu kemudian, di Taman KB Semarang juga diadakan Pameran Flora dan Fauna. Setiap pulang kerja, Pak Yong menyempatkan diri untuk datang dan melihat-lihat koleksi tanaman yang diperjualbelikan. Ada beberapa yang akhirnya dibeli, dan masih ada beberapa yang sampai sekarang hidup dengan baik dikebunnya.

Rasa penasaran Pak Yong akan anggrek, dimulai ketika beliau memperhatikan komposisi media tanam dari anggrek yang dibelinya. Saat itu media arang menjadi perhatiannya. ‘Dari manakan tanaman akan mendapatkan makanannya apabila medianya ‘hanya’ arang? Akhirnya Pak Yong mencoba untuk membuat formulasi sendiri untuk media tanaman anggreknya.

Kesukaannya akan anggrek semakin melejit, ketika Pak Yong berkenalan dengan alm. Wirakusuma, Santi Pieters, dan Milo Migliavacca. Selain itu kegemarannya mencari informasi di internet ketika masih memegang hewan dan tanaman langka, juga diterapkan pada hobi barunya.

Hasilnya sekarang bisa dilihat. Pak Yong bisa dikatakan sebagai pelopor hobiis yang mengoleksi jenis-jenis anggrek dari luar. Sebut saja FDK, Paphiopedilum sanderianum, Grammatophyllum walisii, Laelia Rubecens, Catasetum schunkei dan berbagai macam catasetum lain, Corryanthes leucocorys (yang disebut Pak Yong sebagai anggrek idaman para ibu) , Huntleya Walisii, Dendrophylax Lindenii, Plectrelminthus caudatus, Vanda boxali, Dendrobium falconeri, Dendrobium obtusisepalum, Bulbophyllum Karen Lewis, Dendrobium cinnabarium, Cattleya maxima dan banyak cattleya species yang lain menjadi koleksi beliau.

Tinggal di Semarang, yang termasuk daerah dataran rendah, tidak menyurutkan semangat Pak Yong untuk mengoleksi anggrek-anggrek yang berasal dari dataran tinggi. Misalnya Dendrophylax lindenii, yang pada habitat asalnya hidup di daerah rawa-rawa yang lembab di sekitar kepulauan Carabia. Pak Yong mencoba menggunakan tilandsia yang diletakkan dalam botol air mineral sebagai medianya, kemudian botol tersebut diisi air, dan ditempatkan di bawah tempat yang ternaungi. Contoh lain adalah ketika Pak Yong menggunakan dacron sebagai pengganti sphagnum moss. Moss mempunyai sifat mudah menyerap dan mempertahankan air dan mempertahankan kelembaban di sekitar tanaman anggrek. Media ini cocok digunakan untuk jenis phalaenopsis, terutama apabila sedang dalam masa pembibitan. Namun hal yang harus dicermati adalah, intensitas penyiraman pada tanaman anggrek yang menggunakan moss. Apabila terlalu basah, maka moss akan menjadi asam, dan ditumbuhi lumut. Oleh karena itu Pak Yong mencoba menggunakan dacron untuk membantu tanaman anggreknya (seperti Dendrobium tobaense) mendapatkan kelembaban yang cukup. Hingga sekarang, anggrek-anggrek tersebut tumbuh dengan baik.

Untuk dapat membantu tumbuhnya anggrek dengan lebih baik, hobiis ini juga menggunakan pupuk. Pupuk yang biasa digunakan adalah Growmore. Tanpa pupuk anggrek mungkin akan tumbuh baik apabila kebutuhan mendasarnya terpenuhi, yaitu aerasi yang cukup, sinar matahari yang cukup, dan tercukupinya air. Namun apabila kebutuhan dasarnya belum terpenuhi dengan baik, penggunaan pupuk akan lebih membantu. Lain dengan penggunaan zat pengatur tumbuh, ZPT bisa membuat tanaman anggrek rusak apabila digunakan terus menerus.

Seperti anggreker yang lain, Pak Yong melihat belum adanya generasi penerus pemulia tanaman anggrek saat ini di Indonesia. Orang terakhir yang beliau kenal adalah alm. Wirakusuma. Dengan sumber daya alam yang melimpah, belum ada generasi yang meneruskan cita-cita alm. Wirakusuma, yaitu digunakannya teknologi serta SDM penyilang yang berbobot untuk menghasilkan anggrek Indonesia yang dikenal di dunia luar. Pak Yong berharap, generasi sekarang tidak hanya berharap pada pemerintah saja, karena tugas pemerintah hanyalah memfasilitasi saja. Tugas kita bersamalah sebagai pecinta anggrek Indonesia untuk memajukan dunia anggrek.